Akka Puisi
Selain penderitaan, jatuh cinta dan cinta juga amat membantu seseorang jadi bertambah kreatif. Sebut saja satu contohnya, menulis puisi. Tiba-tiba saja seorang anak manusia yang hatinya lagi diisi bebungaan cantik jadi ahli berpuisi. Cinta memang teramat banyak misterinya. Justru itu mungkin, misterinya makin berkurang setelah dituangkan dalam tulisan. Juga, cinta itu teramat besar, teramat indah, teramat suci, teramat sayang untuk tidak dijaga. Karena kepercayaan bahwa cinta, suatu hari nanti, akan membuktikan dirinya pantas dimiliki oleh dua insan yang mendapat kepercayaanNya untuk dijalani.
Sore Itu
Kuputuskan untuk memandangnya daru kejauhan.
Oh, tidak. Dia menatapku.
Jantungku berlari entah ke mana.
Mataku segera kubuang ke arah yang berlawanan.
Kucoba untuk melirik dia kembali.
Oh, my. Kenapa dia masih memandangku?
Tapi… ngak apa-apa.
Kupertahankan posisi mataku ke arah dia.
Waw… Matanya menarik mataku.
Kakiku tertarik untuk melangkah.
Jantungku berdetak tak menentu. Kucoba memberanikan diri.
“Hai, …” kata pertamaku keluar.
“Bi-bi-bisa aku tahu siapa namamu?”
Jantungku membuat mulutku kaku.
“……,” jawabnya singkat.
Perbincangan hangat pun berlanjut.
Awal yang bagus.
21 Maret 2007
Teganya
Aku mengetuk pintu.
Tak kau buka.
Itu kuulang berkali-kali.
Tak juga kau buka.
Aku mengambil kesimpulan.
Aku tidak tahu diri.
8 Juni 2007
Lucu
Aku kadang merasa lucu sendiri.
Kenapa ya begitu banyak orang yang hidup.
Yang lucunya mereka lucu.
Lucu, ya, karena mereka lucu.
Mereka hidup namun tidak hidup.
Terkadang semua nasi terbuang percuma.
Bukankah makanan identik dengan kehidupan?
Atau apa mereka tidak makan sama sekali?
Tidak mungkin, tidak mungkin.
Nasi tersedia tiap pagi di meja makan.
Dan memang itu sudah tradisi.
Tapi kenapa mereka hidup dan tidak hidup?
Lucu memang.
8 Juni 2007
Tak Ada
Aku duduk di dekatnya.
Jantungku berdetak tak menentu.
Aku meninggalkannya.
Hatiku berkata jangan.
Aku datang lagi.
Mulutku terkunci rapat.
Jemari tanganku kumain-mainkan.
Dan mereka pun kelelahan dan diam.
Trus ‘gimana lagi.
Tak ada.
Tak ada yang kudapat.
8 Juni 2007
Engkau dan Aku
Engkau berpikir:
tamannya indah,
gunungnya bersih,
suasananya sunyi,
dan anak-anak itu pasti senang.
Sedang aku beerpikir:
dirimu anggun,
dirimu cantik,
sifatmu mempesona,
rambutmu panjang,
dan…
eh, tasmu bagus.
8 Juni 2007
Mau Tidur
Mata sudah mengecil
tapi kipas angina tetap berhembus
Tidur dulu ah…
Capek.
Selamat malam semua.
8 Juni 2007
Nggak Bisa Tidur
Karena memikirkanmu aku tak bisa tidur.
Karena tidak bisa tidur aku makin memikirkanmu.
Dan malam mengalir seperti sebelumnya.
Satu pertanyaan timbul tiba-tiba.
“Tidakkah engkau capek semalaman berlari-lari dalam pikiranku?
9 Juni 2007
Selalu
Dalam satu minggu ada tujuh hari.
Dalam satu hari ada 24 jam.
Dalam satu jam ada 60 detik.
Dalam tiap detik ada bayanganmu.
9 Juni 2007
Manusia Jadi Apa ya?
Kijang menjadi burung.
Kuda menjadi serigala.
Tikus menjadi elang.
Ular menjadi ulat. Kelelawar jadi laba-laba.
Aduh,
Manusia jadi apa ya?
10 Juni 2007
-----------?
Aku lupa namanya.
Dia lupa namaku.
Bagaimana kami bisa jadi sahabat?
10 Juni 2007
----------
Anak ada di rantau.
Gembira dan senang.
Orangtua ada di kampong.
Berkeringat dan lelah.
Bodoh
Aku cemburu.
Ada laki-laki tak kukenal di sampingnya.
Prasangka pun timbul.
Tidak mungkin!!!
21 Juli 2007
Cinta
Aku menyukai seorang cewek
Kuungkapkan perasaanku.
Kukerjar-kejar dia.
Angan-angan pun timbul entah dari mana.
Lalu dia bilang, “…tunggu dulu…”
Sakit harti, mungkin.
Tiba-tiba sebuah bisikan mendengung di telinga.
“Jangan pernah berhenti untuk mencoba sebelum mendapatkannya.”
21 Juli 2007
Apa Salahnya
Menurutku menyukai seseorang itu tidak salah.
Menurutku mengagumi seseorang itu juga tidak salah.
Apa salahnya?
Apa salahnya untuk menyukai dan mengagumi?
Ketika rasa suka, rasa kagum itu meningkat,
apa itu juga salah?
Menolak untuk disukai dikagumi,
mungkin itulah yang salah.
21 Juli 2007
Menurutmu Apa
Kata orang cinta itu buta.
Aku bilang cinta itu perjuangan.
Sebuah perjuangan.
Perjuangan untuk menguasa pikiran, tentunya.
21 Juli 2007
Ternyata Tak Kutepati
Malam ini aku telah berjanji
untuk berkunjung ke sana.
Kubatalkan niatku.
Kulangkahkan kakiku.
Dan pandangan sekilas
menggantikan keberadaanku di sana.
23 Juli 2007
Mungkin
Aku tidak tahu,
apa aku yang salah atau perasaanku yang keliru.
Yang jelas malam ini aku tidak senang sama sekali.
Peristiwa itu terullang kembali.
Aku agak sedikit mati langkah.
Aku dihadapkan pada satu kesimpulan:
semua itu sia-sia, semua itu harus diakhiri.
Mungkin.
Mungkin inilah untuk sesaat.
Untuk sesaat saja.
Kutinggalkan tempat itu dengan mengucapkan sebuah janji:
Cukup!!!
“Tepati janjimu yang telah kau buat.”
26 Juni 2007
Kok Bisa ya?
Kadang aku tak habis pikir,
apa sih gunanya aku ke sana tiap hari?
Apa yang aku dapat dari sana?
Apakah kehadiranku diharapkan?
Apakah keberadaanku diperlukan?
Apakah kata-kata yang keluar dari mulut
pantas untuk didengarkan?
Apakah mata yang melirik-lirik
dapat menjadi sebuah pengaruh?
Apakah gerak tubuh yang kaku
menjadi sebuah pengikat?
Terus, apa tidak ada kegiatan lain?
Bukankah lebih bagus berdiam diri dan merenung?
Bukankah lebih bagus menata langkah ke depan?
Apa memang keadaan sekarang lebih bagus dibandingkan
dengan keadaan yang silam?
Ini semua butuh pembuktian.
Ini semua butuh komitmen.
Ini semua butuh ikatan kontrak.
Ini semua butuh kamauan.
Semoga, semoga aku bisa.
26 Juli 2007
Tulisan-tulisan Lama
Suatu pagi aku membuka
arsip-arsipku.
Ada begitu banyak puisi
di dalam
Puisi cinta mendominasinya.
Ada satu kata yang membuatku
sedikit geli:
Ada laki-laki tak kukenal di sampingnya.
Aku cemburu.
Apakah Anda tahu
laki-laki itu siapa?
Sungguh cinta itu
penuh dengan rasa cemburu.
Laki-laki itu adalah
Bapaknya.
Tidak lain tidak bukan.
13 Februari 2008
Dunia dalam Satu Kalimat
Kita, yang merasa diri benar, telah dikelilingi
Oleh manusia-manusia berperilaku binatang.
16 Februari 2008
Perpustakaan Hari Ini
Perpustakaan hari ini
Sangat ramai.
Mungkin karena banyak tugas.
Tugas untuk dkumpulkan besok.
22 Februari 2008
Dosen Kurang Ajar
Dosen kurang ajar.
Datang melewati waktu
pulang mengurangi waktu.
Dosen kurang ajar.
Datang bawa diktat
pulang bawa duit.
Dosen kurang ajar.
Engkau punya ilmu?
Engkau masih punya harga diri?
Dosen kurang ajar.
Dosen pemamah biak teks-teks usang.
Dosen diktat, kalau aku boleh bilang.
Pernahkah eengkau berpikir:
“who am I?’
Pernahkah engkau merenung:
“what’s my really duty?”
Setahuku
dosen itu, ya dosen.
Pendidik
dan
juga
terdidik.
16 Maret 2008