Senin, 08 Desember 2008

Kampus Siang Ini

Bangsa kita memang bukan bangsa yang membiasakan diri untuk menyimpan segala sesuatu yang bersangkut paut dengan masa lalu. Terlalu sering kita lihat tulisan-tulisan yang sepantasnya bermukim di kumpulan arsip, terbuang begitu saja.

Kampus, tempat masyarakat ilmiah-paling tidak menurut wawasan almamater-ikut-ikutan latah, kalau tidak mau dikatakan sudah terbiasa, menjamurkan budaya yang tidak baik ini.

Universitas Methodist Indonesia, siang ini, menambah barisan panjang pembuang masa lalu dan lebih memilih menukarkannya dengan uang recehan tak seberapa. Tak seberapa bila disandingkan dengan nilai dari sebuah tulisan yang tergeletak dengan indahnya dalam sebuah buku. Dengan demikian keabadian dari sebuah karya tulis serta merta akan hilang dengan sendirinya.

Kita masih ingat dengan mahakarya dari seorang penulis yang selalu membawa gunting ke mana pun dia pergi. Pramoedya Ananta Toer. Penulis yang setengah hidupnya dihabiskan di penjara ini akan menggunting apa saja, mulai dari koran sampai bungkus goreng yang sudah berada di tempat sampah, dan dimasukkannya ke dalam tas untuk ditempel malam harinya di atas kertas. “Budaya mengkliping belum ada di masyarakat kita,” katanya suatu waktu. Mungkin dialah orang paling banyak koleksi klipingannya di negeri ini. Suatu saat Pram, sebutan akrab Pramoedya, “dipaksa” jadi tenaga pengajar di sebuah universitas. Tentunya dia heran. “Saya ini tamat SMA saja tidak, masa disuruh ngajar di universitas,” demikian kira-kira menanggapi ajakan tersebut.

Karena bingung mau mengajarkan apa, Pram menyuruh mahasiswanya mengkliping koran. Jadilah mahasiswanya pemburu koran apa saja. Demikianlah, dari hasil klipingan itu tercipta sebuah buku sejarah Kartini versi berbeda dari versi yang biasa kita baca. Luar biasa. Tulisan sarat dengan data, fakta. Semua yang tertulis di sana seolah-olah menciptakan sejarah baru dalam penulisan sejarah.

Keterlaluan rasanya kalau kita mencoba menerapkan hal yang sama untuk dilakukan di kampus ini. Jangankan mengkliping tulisan, menemukan karya tulis dari masyarakat ilmiah tadi sepertinya memaksa kita untuk mencari jarum yang jatuh dalam sekam.

Begitulah. Tulisan dan karya tulis bisa kita jadikan sebagai pembanding lurus antara keilmiahan sebuah masyarakat dan masyarakat yang lebih mengutamakan unsur kebetulan dalam segala hal.

Tidak ada komentar: