Minggu, 14 Desember 2008

Selamat Bertempur Sobat


Mereka berdualah kelompok paling narsis di kampus ini. Lihat apa yang melingkar di leher mereka. Kalung berwarna keemasan itu dikalungkan di leher Rektor tanggal 17 Desember nanti. Sementara yang satunya lagi, warna perak, berada satu peringkat di bawah. Itu untuk Dekan. Sebenarnnya ada satu lagi untuk Guru Besar. Bentuknya seperti pin yang dilengketkan di baju yang mirip jubah Harry Potter itu.

Nah, adegan apa gerangan yang mereka praktekkan? Saya teringat dengan gelar tinju dunia yang baru saja di gelar itu. Petinju Filippina melawan petinju Meksiko. Naas betul nasib petinju Meksiko tersebut. Setelah dianggap tidak sanggup lagi untuk melanjutkan pertandingan, dia dinyatakan TKO. Gambar di atas adalah adegan wajib sebelum pertarungan resmi dipertontonkan. Lantas, apakah mereka juga akan naik ring?

Di sebelah kiri Anda baru saja disidang dan diminta pertanggungjawabannya atas karya penentu kesarjanaannya. Dia berhasil. Dan segera pula dia akan berbaris dengan teman-teman freshgraduated yang lain dan menunggu giliran dipanggil maju ke depan untuk difoto ketika tali yang di topi persegi itu dipindahkan posisinya. Tentunya sambil menunduk dan salaman setelah itu.

Di sebelah kanan Anda itu adalah mahasiswa yang selalu merasa diri benar dengan pilihannya. Terkadang dia tidak peduli dengan hasil keringat orangtuanya di kampung. Jangankan di sidang, saudara-saudari, berpikir untuk ke situ saja rasanya masih sesuatu yang mustahil. Mungkin MAPALA tepatlah kita namai dia, mahasiswa paling lama. Belakangan dia berpikir untuk pindah saja dari kampus yang selalu dimakinya dengan plesetan “Universitas Macam apa Ini?”. Banyak hal yang bisa dia ajukan untuk membenarkan pilihannya itu. Dia merasa tidak pernah menguasai sastra Inggris yang semenjak kelas 2 SMA menjadi cita-cita utamanya. Alasan lain yang selalu terucap dari mulutnya, “apa yang kau dapat dari kampus yang tidak pernah memberikan penunjang akademik untuk meningkatkan kegiatan akademik mahasiswanya?”. Mungkin dia tidak pernah sadar bahwa semua alasan-alasan itu hanyalah pembenaran dari tindakannya yang berulang kali membuat luka di hati keluarganya harus bernanah untuk kesekian kalinya.

Sebelum kalung itu dilingkarkan di leher yang empunya, mereka berdua telah mendahuluinya. Mari kita artikan aksi mereka itu sebagai persiapan untuk bertempur di arena yang lebih kejam dari sebuah panggung yang digunakan untuk bertinju. Setelah yang di sebelah kiri Anda itu terpampang foton wisudanya di dinding ruang tamu rumahnya, segera dia akan disibukkan oleh ratusan lowongan kerja yang harus segera diisi. Mari kita doakan biar dia tidak terlalu lama menganggur. Menganggur dan menjadi pengangguran masih terlalu dekat dengan alumni kampus yang hitungan hari akan ditinggalkannya. Dan untuk yang di sebelah kanan, dia masih akan terus bergulat merenung diri dengan apa saja yang sudah dilakukan di masa lalu sembari pusing memikirkan masa depan teramat panjang yang harus dilalui.

Tidak ada komentar: